Minggu, 27 Maret 2016

Cerita Lucu Abu Nawas - Cara Menjebak Pencuri

Pada zaman dulu orang memikirkan lewat cara yang sangat simpel. Serta lantaran kesederhanaan memikirkan ini seorang pencuri yang sudah sukses menggondol seratus keping makin duit emas punya seorang saudagar kaya tak sudi menyerah. Hakim sudah berupaya keras dengan beragam langkah namun tak sukses temukan pencurinya. Lantaran merasa putus harapan yang memiliki harta itu menginformasikan pada siapapun yang sudah mengambil harta kepunyaannya merelakan separo dari jumlah duit emas itu jadi punya sang pencuri apabila sang pencuri bersedia mangembalikan.

Namun pencuri itu jadi tak berani memperlihatkan bayangannya. Saat ini masalah itu makin ruwet tiada penyelesaian yang pasti. Maksud baik saudagar kaya itu tak mendapat-tanggapan yang sepantasnya dari sang pencuri. Maka tak dapat disalahkan apabila saudagar itu mengadakan sayembara yang diisi siapa saja sukses temukan pencuri duit emasnya, ia memiliki hak seutuhnya mempunyai harta yang dicuri. Tak sedikit orang yang coba namun seluruhnya kandas.

Hingga pencuri itu jadi tambah merasa aman tentram lantaran ia meyakini jati dirinya tidak bakal terjangkau. Yang makin menyebalkan yaitu ia lumayan berpura-pura ikuti sayembara. Tak terlalu berlebih apabila disebutkan bahwasanya hadapi orang bagai ini seperti hadapi jin. Mereka ketahui kita sedang kita tak. Seorang masyarakat berkata pada hakim setempat.

“Mengapa tuan hakim tak minta pertolongan Abu Nawas saja? ”
“Bukankah Abu Nawas tengah tak ada ditempat? ” kata hakim itu balik ajukan pertanyaan.
“Kemana dia? ” bertanya orang itu.
“Ke Damakus. ” jawab hakim
“Untuk kepentingan apa? ” orang itu mau tahu.
“Memenuhi undangan pangeran negeri itu. ” kata hakim.
“Kapan ia datang? ” bertanya orang itu lagi.

“Mungkin dua hari lagi. ” jawab hakim. Saat ini harapan tertumpu seutuhnya diatas pundak Abu Nawas. Pencuri yang sampai kini merasa aman saat ini jadi resah serta tertekan. Ia berencana meninggalkan kampung halaman dengan membawa dan duit emas yang sukses dicuri. Namun ia membatalkan kemauan lantaran dengan menyingkir ke luar daerah artinya sama halnya dengan buka topeng dirinya sendiri. Ia lalu berkemauan terus tinggal apa pun yang bakal berlangsung.

Abu Nawas sudah kembali ke Baghdad lantaran tugasnya sudah usai. Abu Nawas terima tawaran ikuti sayembara temukan pencuri duit emas. Hati pencuri duit emas itu lebih berdebar tidak karuan mendengar Abu Nawas mempersiapkan siasat. Esok harinya seluruh masyarakat dusun diharuskan berkumpul di depan gedung pengadilan. Abu Nawas ada dengan membawa tongkat dalam jumlah besar. Tongkat-tongkat itu memiliki ukuran yang sama panjang.

Tiada berbicara Abu Nawas membagi-bagikan tongkat-tongkat yang dibawanya dari tempat tinggal. Sesudah tiap-tiap memperoleh satu tongkat, Abu Nawas berpidato, “Tongkat-tongkat itu sudah saya mantrai. Besok pagi kalian mesti menyerahkan kembaii tongkat yang sudah saya bagikan. Janganlah cemas, tongkat yang dipegang oleh pencuri sampai kini menyembunyikan diri bakal jadi tambah panjang satu jari telunjuk. Saat ini pulanglah kalian. ”

Beberapa orang yang merasa tak mengambil pasti tak memiliki pikiran apa-apa. Namun sebaliknya, si pencuri duit emas itu merasa ketakutan. Ia tak dapat memejamkan mata meskipun malam makin larut. Ia selalu memutar otak. Lalu ia mengambil keputusan memotong tongkatnya selama satu jari telunjuk dengan demikian tongkatnya bakal terus terlihat bagai ukuran awal mulanya. Pagi hari orang mulai berkumpul di depan gedung pengadilan. Pencuri itu merasa tenang lantaran ia meyakini tongkatnya tak lagi dapat di ketahui lantaran ia sudah memotongnya selama satu jari telunjuk. Tidakkah tongkat si pencuri bakal jadi tambah panjang satu jari telunjuk? Ia memberikan pujian pada kecerdikan diri sendiri lantaran ia nyatanya bakal dapat mengelabui Abu Nawas.

Antrian panjang mulai terbentuk. Abu Nawas memeriksa tongkat-tongkat yang diberikan tempo hari. Pada giliran si pencuri tiba Abu Nawas lekas tahu lantaran tongkat yang dibawanya jadi tambah pendek satu jari telunjuk. Abu Nawas tahu pencuri itu pasti lakukan pemotongan pada tongkatnya lantaran ia takut tongkatnya jadi tambah panjang.

Pencuri itu diadili serta dihukum seperti dengan kesalahannya. Seratus keping makin duit emas saat ini beralih ke tangan Abu Nawas. Namun Abu Nawas terus bijaksana, beberapa dari hadiah itu diserahkan kembali pada keluarga si pencuri, beberapa lagi buat beberapa orang miskin serta sisanya buat keluarga Abu Nawas sendiri.

0 komentar: